Melalui pemanfaatan teknologi, Sehati TeleCTG dan SurfAid berupaya membantu menurunkan angka stunting serta angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Nias, Sumatera Utara.
Dengan misi mewujudkan masyarakat yang sehat dan tangguh di wilayah terpencil, SurfAid menggandeng Sehati TeleCTG dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta meningkatkan kapasitas bidan sebagai ujung tombak kesehatan ibu dan anak di wilayah terpencil melalui pemanfaatan teknologi.
Kerjasama ini dimulai pada Februari 2021 yang lalu melalui penerapan ekosistem Sehati TeleCTG di dua puskesmas di Nias, Sumatera Utara, yang merupakan salah satu wilayah cakupan program SurfAid di Indonesia. SurfAid sendiri sudah berkiprah di Indonesia sejak tahun 2000 dan membantu masyarakat di Nias, Mentawai, Bima dan Sumba Barat.
Puskesmas yang diikutsertakan dalam program ini adalah Puskesmas Hiliweto Gido dan Hiliduho yang mencakup total 53 bidan di wilayah tersebut mendapat pelatihan untuk menggunakan ekosistem Sehati TeleCTG.
“Kami sadar bahwa bidan memiliki peran penting dalam mewujudkan kesehatan ibu dan anak, karena bidan merupakan ujung tombak kesehatan ibu dan anak di desa, khususnya di wilayah terpencil,” ucap Endah Setyaningsih dari SurfAid Indonesia. Keikutsertaan Sehati TeleCTG, diharapkan Endah dapat membantu bidan mendeteksi faktor risiko yang dimiliki ibu hamil sejak dini.
Hingga April 2021, penggunaan aplikasi Sehati Bidan, TeleCTG dan dashboard Sehati telah berhasil memantau kondisi 127 ibu hamil di wilayah Kabupaten Nias dan mendeteksi beberapa faktor risiko yang kerap muncul.
Tercatat ada lima faktor risiko ibu hamil yang paling banyak dialami oleh ibu hamil di Kabupaten Nias, yakni:
Faktor Risiko | Prosentase |
Terlalu Dekat | 39.4% |
Terlalu Sering | 20.5% |
Kekurangan Energi Kronis (KEK) | 11% |
Terlalu Tua | 11% |
Indikasi Panggul Sempit | 10.2% |
Selain penggunaan aplikasi, bidan di kedua puskesmas juga telah terlebih dahulu menerima pelatihan penggunaan aplikasi, TeleCTG dan dashboard.
Diharapkan dari pemantauan faktor risiko tersebut, bidan di kedua puskesmas dapat melakukan pelayanan dan rujukan yang diperlukan demi kesehatan ibu dan bayi, terutama dalam mencegah kematian ibu dan bayi serta stunting.
Kehadiran teknologi mumpuni membuat bidan di Nias merasa lebih percaya diri dalam memberikan pelayanan. Didukung data dari aplikasi Bidan Sehati dan TeleCTG (alat pemantauan kesejahteraan janin digital), bidan menjadi lebih yakin dalam mengambil keputusan.
“Kami sempat khawatir menangani persalinan salah seorang pasien karena dari aplikasi Bidan Sehati terdeteksi ada beberapa faktor risiko tinggi. Awalnya kami berencana merujuk pasien ini. Tapi setelah melakukan pemeriksaan dengan TeleCTG dan dokter di Pusat Konsultasi bilang aman, maka kami pun yakin untuk menangani persalinannya. Ibu dan anak pun lahir selamat,” cerita Bidan Tiana Ginting, Bidan Koordinator di Puskesmas Hiliweto Gido.