Pandemi Covid-19 telah berlangsung lebih dari satu setengah tahun. Seiring itu, pengidap Covid-19 terus bertambah setiap harinya. Bahkan, kehadiran varian baru Corona yang lebih menular seperti varian Delta, membuat para ilmuwan semakin mengerti sifat dan kegawatdaruratan yang disebabkan virus ini. Tidak hanya kepada populasi umum tetapi juga mereka yang mengidap kondisi fisik tertentu, seperti ibu hamil.
Sebelumnya, rekomendasi ilmuwan terhadap ibu hamil terkait Covid-19 pun berubah-ubah, seiring terkumpulnya data sepanjang pandemi. Terakhir, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyatakan bahwa ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 akan mengalami keadaan yang lebih berat dibandingkan perempuan yang tidak hamil ataupun populasi umum. Kesimpulan inilah yang membuat CDC, yang kemudian diikuti oleh Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, untuk merekomendasikan vaksinasi Covid-19 bagi ibu hamil.
Sekilas dampak Covid-19 pada ibu hamil dan janinnya
Dalam webinar Strategi Menghadapi Covid-19: Tinjauan dari Aspek Kesehatan Reproduksi Perempuan yang diselenggarakan oleh PP POGI, Dr. dr. M. Adrianes Bachnas, SpOG(K)-KFM dari RSDM Solo, mengungkap fakta data kaitan Covid-19 dan ibu hamil. Ia mengutip jurnal penelitian yang diterbitkan di Nature, edisi 11 Maret 2021 yang memperlihatkan tingkat keparahan Covid-19 pada ibu hamil, jika dibanding dengan ibu tidak hamil.
Data tersebut memperlihatkan, meski tidak banyak, ada kenaikan angka kematian ibu pada pengidap Covid-19. Sementara tingkat kebutuhan perawatan di ruang intensif dan persalinan prematur meningkat cukup tajam pada ibu hamil dengan Covid-19. Selain itu, diperlihatkan pula adanya sedikit kenaikan risiko kematian janin (stillbirth) dan kematian bayi.
Fakta ini membantah asumsi yang sempat diyakini di awal pandemi bahwa fatalitas infeksi karena virus corona pada ibu hamil sama dengan ibu yang tidak hamil.
Penyebab keparahan Covid-19 pada ibu hamil
Selanjutnya, dokter Adrianes menyampaikan alasan mengapa fatalitas infeksi corona pada ibu hamil bisa terjadi. Menurutnya hal ini disebabkan oleh kondisi fisiologis ibu hamil. Beberapa kondisi tersebut adalah:
- Hiperkoagulabilitas: Darah ibu hamil lebih lengket atau lebih kental dibanding ibu yang tidak hamil. Sementara diketahui bahwa Covid-19 itu sendiri dapat meningkatkan kekentalan darah pengidapnya. Kekentalan darah yang meningkat merupakan mekanisme perlindungan tubuh ibu hamil terhadap risiko perdarahan, yang mungkin terjadi ketika mengalami keguguran atau setelah proses persalinan. Sebab itulah, pada saat hamil, seorang perempuan menjadi 4-5 kali lebih berisiko mengalami hiperkoagulasi.
- Beban kerja jantung meningkat: Pada trimester kedua, aliran darah dalam tubuh ibu hamil akan meningkat dan memacu jantung bekerja lebih keras. Hal ini diperlukan untuk mendorong aliran darah ke plasenta yang diperlukan bagi pertumbuhan janin, dan ke seluruh tubuh. Beban jantung berlebih ini menjadi penyebab sesak napas yang biasanya mulai terasa di trimester kedua dan berlanjut ke trimester ketiga.
- Kapasitas paru-paru berkurang: Ibu hamil mengalami penurunan kapasitas paru-paru yang bisa menyebabkan kadar saturasi dalam darah berkurang. Kondisi berkurangnya saturasi bisa membuat organ dalam tubuh kekurangan oksigen dan membahayakan ibu hamil.
- Alterasi imunologis: Ibu hamil mengalami sistem imunitas yang berubah-ubah selama kehamilannya. Perubahan sistem ini diperlukan agar embrio berhasil ditanamkan dan kemudian berkembang dengan baik. Sistem imun yang berubah-ubah ini membuat ibu hamil rentan terserang virus dan bakteri.
Dengan kondisi di atas, ibu hamil sangat mungkin mengalami keparahan saat mengidap Covid-19. Oleh sebab itu, program vaksinasi Covid-19 bagi ibu hamil menjadi penting dilakukan. Vaksinasi dapat mencegah ibu hamil dari paparan virus corona maupun mencegah terjadinya keparahan sehingga mengurangi risiko kematian pada ibu dan bayi, serta menurunkan angka perawatan di ruang intensif.