Webinar tingkat nasional digelar oleh Sehati Group pada 10 Juni 2021 lalu. Dalam webinar yang berjudul “Strategi Pemanfaatan DAK dan DID dalam Upaya Penurunan AKI, AKB, dan Stunting” ini, sejumlah narasumber dari berbagai kalangan turut diundang.
Dalam sambutannya, Anda Sapardan, Co-Founder sekaligus Chief Business Development Officer Sehati Group, mengatakan bahwa webinar ini digelar mengingat sudah mendesaknya waktu untuk mengatasi AKI, AKB, dan stunting. “Waktu kita tinggal 1.000 hari lagi untuk menciptakan generasi emas dan menyongsong Indonesia emas pada tahun 2045. Teknologi dan digitalisasi untuk mendukung upaya pelayanan kesehatan dan sistem kesehatan nasional merupakan inisiatif tepat saat ini,” ujarnya.
Senada dengan yang disampaikan Anda, Ketua Adinkes dr. M. Subuh, MPPM, yang turut memberikan sambutan juga menyampaikan pentingnya inisiatif daerah untuk menurunkan AKI, AKB, dan stunting. “Untuk menurunkan AKI, AKB, dan stunting, inisiatif daerah melalui DAK dan DID diperlukan. Pemanfaatan DID untuk bidang kesehatan saja minimal 30%, loh!” ungkapnya.
Kebaruan dalam DAK Bidang Kesehatan Tahun 2022
Sesi pertama webinar dimulai dengan pemaparan para keynote speaker, yakni peneliti di bidang kebijakan fiskal Dr. Bahri, S.STP, M.Si., Koordinator Madya Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenkes RI dr. Susiyo Luchito, M.M., dan Dosen FEB UI dan peneliti Nur Kholis, SE, M.SE.
Para keynote speaker memberi pemaparan mengenai kebaruan yang ada di DAK Bidang Kesehatan Tahun 2022, termasuk menu-menu kesehatan yang ada di dalamnya. “Menu-menu kesehatan sudah dipetakan dalam Permendagri 90. Daerah sudah bisa menganggarkan sesuai menu yang ditetapkan dalam Juknis Permendagri 90,” ujar Bahri.
Sementara itu, Susiyo menyatakan bahwa DAK Bidang Kesehatan Tahun 2022 lebih sederhana supaya sasarannya bisa lebih luas.”Berbeda dengan 2021 yang masih membedakan DAK Fisik Reguler dan DAK Fisik Penugasan, kini menjadi DAK Fisik Reguler saja. Pengentasan AKI, AKB, dan stunting termasuk di dalamnya. Rincian menu juga disederhanakan dengan target sasaran yang lebih luas,” ungkapnya.
Di sisi lain, Nur Kholis menyoroti adanya menu baru seperti menu telekonsultasi pada DAK Bidang Kesehatan Tahun 2022 ini. “Menu telekonsultasi adalah menu baru di DAK Fisik untuk tahun 2022 ini. Menu ini bisa dimanfaatkan untuk mengatasi kendala luas dan jarak karena faktor geografis masih menjadi hambatan bagi kita untuk solusi AKB. Semakin besar luas wilayah dan semakin banyak pulau, AKB semakin tinggi. Stunting pun sama,” ujarnya.
Berbagi Pengalaman Mengentaskan AKI, AKB, dan Stunting
Webinar ditutup dengan sesi panel diskusi oleh dr. Ari Waluyo, SpOG (K), MARS selaku Co-Founder Sehati Group, Kadinkes Kab. Lombok Timur Dr. H. Fathurrahman, dan Staf Binkesmas Kab. Pangkajene Kepulauan Jum Furtati Muhadi, SKM. Mereka mengisahkan perjalanan masing-masing memerangi AKI, AKB, dan stunting. Salah satunya adalah kisah Jum menggunakan TeleCTG di wilayah Kab. Pangkep melalui penganggaran DID.
“Kami membuat program Peduli Lindungi Ibu Hamil. Salah satunya adalah dengan menganggarkan TeleCTG lewat DAK Fisik. Namun, pada 2020, ternyata TeleCTG belum tersedia di Krisna dan belum ada di e-katalog. Kami kemudian mengadvokasi ke pemerintah lewat DID. Akhirnya, 4 alat TeleCTG berhasil disetujui dan sudah kami terima,” kisahnya. Sejauh ini, yakni pada 2020, AKI di Kab. Pangkep sudah menurun dari angka 14 menjadi 6. Stunting pun menurun dari angka 17,9% menjadi 14,5%.
Untuk menyaksikan webinar ini secara lengkap, Anda dapat melihatnya di kanal YouTube Sehati TeleCTG.