Pandemi Covid-19 berdampak pada sistem kesehatan global, termasuk juga kesehatan ibu dan bayi di Indonesia. Survei cepat yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dan didukung oleh UNICEF memperlihatkan lebih dari setengah posyandu menangguhkan layanannya.
Penangguhan pada pelayanan ini didasari alasan pencegahan penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat, kecemasan petugas dan adanya upaya untuk menjaga jarak fisik di awal masa pandemi. Data dari Kemenkes juga menunjukkan adanya penurunan kunjungan ANC (pemeriksaan kehamilan) serta pelayanan kesehatan anak.
Di lain pihak, secara global angka kematian ibu selama pandemi mengalami peningkatan. Penelitian melaporkan bahwa pandemi meningkatkan tantangan bagi ibu hamil dalam menerima pelayanan kesehatan. Pergerakan masyarakat dibatasi untuk menekan laju penyebaran Covid-19 yang pada akhirnya juga mengurangi pergerakan orang dalam mengakses pelayanan kesehatan. Larangan mendatangi Rumah Sakit kecuali benar-benar diperlukan juga berlaku bagi ibu hamil dengan atau tanpa komplikasi yang akhirnya meningkatkan dampak tidak langsung pandemi pada ibu hamil, ibu nifas, dan bayi.
Pentingnya pelayanan kesehatan ibu dan anak
Padahal, pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan hal penting terutama di 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). Di masa ini, otak dan fisik janin berkembang pesat. Begitu pun tumbuh kembang di masa ini, menjadi penentu perkembangan optimal seorang anak di masa depan.
Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Riset Smeru bahkan memperlihatkan adanya keterkaitan erat antara pelayanan KIA yang tidak optimal dan meningkatnya potensi jumlah kematian ibu dan anak. Setiap ibu hamil perlu melakukan kunjungan kesehatan di masa kehamilannya hingga masa nifas. Setidaknya ibu hamil perlu melakukan 4 kali pemeriksaan selama masa kehamilan, yaitu 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan pada trimester kedua, dan 2 kali pemeriksaan pada trimester ketiga.
Tujuan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care adalah untuk memantau kemajuan proses kehamilan, mengetahui adanya komplikasi kehamilan yang mungkin terjadi secara dini, meningkatkan serta mempertahankan kesehatan ibu dan bayi, mempersiapkan proses persalinan hingga mempersiapkan ibu untuk melewati masa nifas dengan baik.
Kondisi pelayanan kesehatan ibu dan anak yang tidak optimal dan terus berlanjut akan berdampak serius pada kesehatan ibu dan anak dan bahkan meningkatkan angka mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan).
Peningkatan kematian ibu selama pandemi
Tinjauan data internasional yang diterbitkan Maret 2021 dan dilansir Reuters menemukan bahwa penguncian, gangguan pada layanan kesehatan dan persalinan, serta ketakutan untuk mengunjungi fasilitas kesehatan berdampak pada meningkatnya risiko kehamilan yang pada akhirnya memperburuk kondisi kesehatan ibu dan bayi.
Tinjauan yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari 40 studi di 17 negara ini menemukan adanya peningkatan risiko kematian ibu selama pandemi dan bayi yang lahir dalam kondisi mati. Disebutkan pula bahwa dampak ini terlihat jauh lebih besar pada negara-negara miskin. Bagaimana dengan Indonesia?
Republika Online mewartakan adanya peningkatan kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah selama pandemi 2020 kemarin, dibandingkan tahun sebelumnya. “Ada 530 kasus kematian ibu melahirkan pada 2020,” ucap Siti Atikoh, Ketua Tim Penggerak PKK, Provinsi Jawa Tengah dalam acara Talkshow Virtual Hari Kartini, bulan April lalu. Meningkatkan kasus kematian ibu ini lantaran selama pandemi Covid-19, masyarakat termasuk ibu hamil takut mengunjungi fasilitas kesehatan.
Data peningkatan ini juga dipaparkan Dr. dr. Brian Sriprahastuti, MPH, Staf Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI dalam webinar yang diselenggarakan oleh Sehati dan FK IKA Unpad, akhir Juli lalu. Data SUPAS memperlihatkan adanya kenaikan Angka Kematian Ibu yang tinggi dari 4,196 di tahun 2019 menjadi 4,614 di tahun 2020.
Mengingat hal ini, pemerintah perlu berperan aktif dalam mengkampanyekan pentingnya pelayanan kesehatan ibu dan bayi dan bagaimana menyediakan akses pelayanan kesehatan yang aman bagi ibu hamil.
Kesulitan ini menimbulkan inovasi-inovasi dari beberapa pemerintah daerah termasuk yang menggunakan solusi Sehati TeleCTG yang diterapkan di Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan.
Tentu saja diperlukan upaya kolaboratif untuk memastikan ibu hamil mendapat pelayanan kesehatan berkualitas, terutama di masa pandemi ini. Untuk itu, diskusi, inovasi dan kolaborasi menjadi hal penting untuk dapat mengatasi hal ini bersama-sama.