Pemeriksaan kardiotokografi adalah salah satu pemeriksaan penting untuk ibu hamil. Dari pemeriksaan ini, kondisi kesejahteraan janin dapat dinilai sejak usia 28 minggu. Dengan begitu, jikalau hasil pemeriksaan kardiotokografi atau CTG (cardiotocography) menunjukkan hasil yang tidak sesuai harapan, intervensi dini dapat dilakukan.
Sayangnya, akses kepada alat CTG belum bisa didapat semua kalangan. Alat CTG yang berukuran besar dan mesti dioperasikan di bawah pengawasan dokter obgyn membuat alat ini hanya tersedia di rumah sakit tertentu. Padahal, tidak semua daerah di Indonesia mudah aksesnya menuju rumah sakit.
Melihat kendala ini, Sehati Group berinovasi lewat TeleCTG. Meski memiliki fungsi yang sama dengan CTG konvensional, ada beberapa fitur TeleCTG yang membedakannya dengan CTG konvensional. Berikut perbedaannya.
Portabel
Berbeda dengan CTG konvensional, TeleCTG berukuran kecil berbentuk kubus dan mudah dibawa ke mana-mana. Ini memungkinkan TeleCTG untuk dibawa ke pedalaman sekalipun karena tak membutuhkan penanganan khusus dalam perjalanan. TeleCTG juga mudah dimasukkan ke dalam tas sehingga mudah dibawa oleh tenaga kesehatan jika ingin melakukan home visit. Meski berukuran kecil, satu paket TeleCTG sudah terdiri dari telecube, ultrasonic transducer, TOCO transducer dan abdomen belt.
Tidak Bergantung pada Ketersediaan Listrik
Beberapa daerah mungkin masih terbatas akses listriknya. Nah, fitur TeleCTG ini bisa menjadi solusi keterbatasan karena pengoperasiannya tidak bergantung pada listrik. Daya TeleCTG memanfaatkan baterai Li-Po 300 mA yang dapat diisi ulang. Asalkan baterai terisi, TeleCTG bisa dioperasikan.
Berbasis Aplikasi
Penggunaan TeleCTG berbasis aplikasi Sehati Bidan. Grafik pemeriksaan TeleCTG bisa dipantau oleh tenaga kesehatan melalui layar ponsel yang sudah terpasang aplikasi Sehati Bidan di dalamnya.
Tenaga kesehatan juga diminta mengisi riwayat pemeriksaan kehamilan ibu sebelum menjalankan pemeriksaan TeleCTG. Dengan demikian, interpretasi hasil pemeriksaan TeleCTG oleh dokter obgyn tidak bergantung pada grafik saat perekaman saja, tetapi juga dipengaruhi oleh riwayat pemeriksaan kehamilan. Harapannya, dengan demikian hasil interpretasi dapat lebih lengkap dan akurat.
Telekonsultasi Bidan dengan Dokter Obgyn
Bila CTG konvensional hanya bisa dioperasikan oleh dokter obgyn di rumah sakit, tidak demikian dengan TeleCTG. TeleCTG bisa pula dioperasikan oleh bidan saat melakukan ANC di manapun.
Mengapa bidan? Karena bidan merupakan garda depan pemeriksaan KIA yang berada di penjuru nusantara. Berdasarkan data Profil Kesehatan 2018 dari Pusdatin Kemenkes, bidan merupakan tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak kedua di Indonesia setelah tenaga keperawatan. Jumlahnya mencapai 217.726 orang. Semakin banyak bidan yang menggunakan TeleCTG, semakin banyak pasien yang terjangkau.
Namun, bukan berarti bidan yang menginterpretasi hasil pemeriksaan TeleCTG. Interpretasi tetap dilakukan oleh dokter obgyn yang berada di Pusat Konsultasi. Saat data pemeriksaan TeleCTG dikirimkan oleh bidan melalui aplikasi Sehati Bidan, dokter obgyn di Pusat Konsultasi akan menerima notifikasi untuk melakukan interpretasi data. Hasil interpretasi kemudian akan muncul di aplikasi Sehati Bidan.
Itulah perbedaan TeleCTG dengan CTG konvensional. Dengan keberadaan TeleCTG yang mudah dibawa dan dioperasikan, harapannya semakin banyak ibu hamil yang terjangkau dan terselamatkan.
Sumber: