Bidan di Bekasi ini Gunakan CTG untuk Cegah Kematian Janin

bidan praktik di bekasi
Bagikan cerita ini

Di awal masa pandemi, akhir Maret 2020, Sehati mengadakan aksi #tanggapcovid untuk membantu bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas di masa pemberlakuan social distancing. Bekerja sama dengan praktik bidan di area Jakarta, Bekasi dan Banten, Sehati meminjamkan penggunaan alat TeleCTG, kardiotokografi digital yang dapat digunakan oleh bidan, sekaligus mengadakan pelatihan. 

Hal ini dilakukan mengingat banyak ibu beralih melakukan pemeriksaan di bidan selama pandemi. Kecenderungan ini terjadi demi menghindari risiko penularan Covid-19 di fasilitas kesehatan umum yang tentunya lebih ramai. 

Salah satu Praktik Mandiri Bidan (PMB) yang menjadi mitra Sehati adalah Birthopedia Care yang beralamat di Rawa Lumbu, Kota Bekasi. Bidan Indah Ekawati merasakan manfaat penggunaan TeleCTG, terutama dalam mencegah IUFD atau kematian janin. Simak ceritanya, berikut ini. 

Menghadapi kasus IUFD 

Bidan Indah Ekawati dilanda kegalauan. Pasalnya, ia dihadapi dengan kasus kematian janin atau intrauterine fetal death selama dua bulan berturut-turut. Yang lebih membuatnya galau adalah ia tidak menemukan adanya kejanggalan yang terlihat secara nyata pada kedua ibu yang ditanganinya tersebut. 

“Dari kasus-kasus tersebut, sebetulnya ibu sudah sempat mengeluhkan gerakan janin berkurang. Mendengar keluhan itu, saya memeriksa kondisi janin secara manual menggunakan doppler. Dari pemeriksaan tersebut ternyata denyut jantung janin normal dan gerakannya pun aktif,” cerita Bidan Indah dalam webinar yang diselenggarakan oleh Sehati beberapa waktu lalu. 

Untuk meyakinkan, Bidan Indah pun menyarankan pasiennya untuk melakukan pemeriksaan CTG (cardiotocography) ke Rumah Sakit. Pemeriksaan ini biasa disarankan untuk melihat kondisi kesejahteraan janin dengan memonitor denyut jantung janin, kontraksi rahim dan gerakan janin. 

Sayangnya, tidak semua pasien menerima dengan mudah sarannya tersebut. Selain merasa kurang nyaman mendatangi rumah sakit di masa pandemi, alasan biaya pun mengemuka dari para pasiennya. “Kalau ke RS tentunya perlu diperiksa dulu dengan dokter obgyn di sana dan pemeriksaan CTG sendiri sudah pasti akan dikenakan biaya,” lanjutnya. 

Akibatnya, penyebab keluhan ibu hamil tersebut tidak dapat diketahui secara pasti dan berujung pada kematian janin. Saat itu, ia berpikir betapa sangat membantu jika pemeriksaan CTG dapat dilakukan tanpa harus merujuk pasien ke rumah sakit. 

Lebih berdaya dengan TeleCTG

Akan tetapi Bidan Indah sangat mengerti bahwa keinginannya tersebut bukan hal yang mudah diwujudkan. Pasalnya ia tahu bahwa harga alat CTG tidaklah murah. “Saya berpikir memiliki CTG di praktik bidan, tapi mungkin biayanya lumayan,” pikirnya. 

Siapa sangka di saat yang hampir bersamaan, Sehati meluncurkan program #tanggapcovid untuk membantu bidan praktik dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu yang lebih berkualitas. Dari program tersebut, ia dipinjamkan penggunaan alat TeleCTG. Memiliki fungsi yang sama dengan alat kardiotokografi konvensional yang biasa ditemui di rumah sakit, dengan teknologi IoMT dan bentuk yang lebih ringkas. Selain itu, alat ini juga bisa dioperasikan oleh bidan dan memungkinkan adanya telekonsultasi dengan dokter obgyn di Pusat Konsultasi. 

“Sejak menggunakan TeleCTG, kasus-kasus IUFD sudah tidak terjadi. Pasien yang lewat HPL (Hari Perkiraan Lahir) bisa saya periksa menggunakan CTG terlebih dahulu. Begitu pula jika pemeriksaan USG pasien ditemukan memiliki air ketuban yang kurang, bisa saya CTG,” ceritanya. 

Dengan memantau dan melakukan rujukan berdasarkan data pemeriksaan TeleCTG, Bidan Indah merasa optimis hal ini dapat membantu menurunkan angka kematian bayi. “Dengan alat ini, bisa mengambil keputusan yang lebih cepat, misalnya saat kondisi janin kurang baik langsung bisa dirujuk berdasarkan data dari pemeriksaan TeleCTG.” 

Selain untuk pasien yang lewat HPL dan air ketuban kurang, Bidan Indah juga menggunakan TeleCTG untuk memeriksa janin pada ibu yang mengalami hipertensi dan pasien inpartu lama. 

“Saya berterimakasih, inovasi ini sangat membantu saya dalam praktik terutama dalam mengambil keputusan,” tutupnya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *