Memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh setiap tanggal 23 Juli, Sehati Group bersama Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran menggelar webinar nasional. Webinar nasional dengan judul “Terobosan Solusi Digital Layanan Kesehatan untuk Pemenuhan Hak Anak Menuju Generasi Emas Indonesia Maju” diselenggarakan pada Sabtu, 24 Juli dengan mengundang pemateri dari kalangan alumni Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Para pemateri yang sudah tak asing lagi namanya di dunia kesehatan itu adalah Dr. dr. Yudi M. Hidayat, SpOG (K), DMAS., M.Kes. (President Elect PP POGI), dr. R. Nina Susana Dewi, Sp.PK. (K), M.Kes., MMRS (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat), dr. Ari Waluyo, SpOG(K), MARS (Co-Founder Sehati Group), Bidan Mitra Kadarsih, M. Keb. (Tim Teknis PP IBI), dan Dr. dr. Brian Sriprahastuti, MPH (Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI). Selain itu, Atalia Praratya Kamil selaku Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat turut diundang untuk menyampaikan orasi.
Rangkaian acara webinar dibuka dengan sambutan dari Ketua IKA FK UNPAD, Dr. dr. Lia G Partakusuma, SpPK(K), MM, MARS, dan Co-Founder Sehati Group, Anda Sapardan. Keduanya sama-sama menyampaikan pentingnya terobosan solusi digital untuk mengatasi masalah kesehatan anak di Indonesia, terutama stunting. Terlebih, waktu kita sudah sangat mendesak untuk mencapai generasi emas.
AKI, AKB, dan Stunting Menjadi Sorotan
Dalam paparan narasumber, masalah AKI, AKB, dan Stunting masih menjadi sorotan utama. Seperti yang disampaikan oleh Dr. Brian maupun Dr. Yudi, AKI di Indonesia termasuk yang tertinggi di ASEAN, yakni di posisi ke-2 setelah Laos. Angka kematian ibu di Indonesia mencapai 305/ 100.000 kelahiran hidup. “Data AKI di Indonesia selama 3 dekade terakhir juga tidak menunjukkan penurunan yang bermakna,” ujar Dr. Brian.
Menurut Dr. Yudi, hal ini bisa terjadi salah satunya karena komplikasi kebidanan yang tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu. “Untuk mengatasinya, pendekatan masa kini kesehatan yang prediktif, preventif, partisipatif, dan personal (4P) perlu dilakukan. Upaya strategis dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi pun dibutuhkan,” katanya.
Senada dengan yang disampaikan Dr. Yudi, dr. Ari Waluyo sepakat bahwa tingginya AKI, AKB, dan Stunting disebabkan oleh keterlambatan penanganan, seperti terlambat mengenali tanda bahaya & mengenali keputusan, terlambat merujuk, dan terlambat dalam mendapatkan penanganan. Menurut dr. Ari lagi, keterlambatan seperti ini seharusnya bisa dicegah dengan memanfaatkan solusi digital seperti Aplikasi Sehati Bidan yang dapat mendeteksi faktor risiko secara dini.
Upaya pemanfaatan solusi digital rupanya tengah diusahakan pula oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Sebagaimana disampaikan oleh dr. Nina, tren kematian ibu dan prevalensi stunting di Jawa Barat masih cukup tinggi. “Berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengatasi stunting, tapi memang masih menjadi pertanyaan mengapa angkanya sulit sekali turun. Kemungkinan masalahnya ada pada database, yakni ada data yang masih tidak terambil sehingga angkanya selalu tinggi. Salah satu solusinya mungkin kita memerlukan aplikasi yang bisa memuat data secara real di lapangan,” ungkapnya.
Sementara itu, upaya digitalisasi juga telah dilakukan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Disampaikan oleh Bidan Mitra, beberapa upaya yang dilakukan oleh IBI dalam menghadapi era digitalisasi kesehatan adalah digitalisasi sistem informasi, tele-health, dan pelatihan online untuk bidan. “Ke depannya harapannya akan ada telemedicine, tetapi kita perlu melihat kembali peraturan perundangannya seperti apa. Dalam hal ini, IBI mengedepankan kolaborasi, khususnya kolaborasi interprofesional,” ucap Bidan Mitra.
Untuk menyaksikan sesi webinar secara lengkap, Anda bisa mengunjungi tautan ini.